Bahasa Indonesia
English
You are here
Diskusikan Tantangan Regenerasi Jurnalis, UNY Gelar FGD “Masa Depan Pers Indonesia”
Primary tabs
Yogyakarta (8 Juli 2025) – Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Masa Depan Pers Indonesia” pada Selasa (8/7). Kegiatan ini melibatkan mahasiswa lintas angkatan, dosen, serta praktisi media, guna membahas berbagai tantangan strategis dalam dunia jurnalistik, khususnya persoalan regenerasi jurnalis di tengah perubahan ekosistem media.
Diskusi berjalan selama tiga jam mengangkat isu-isu utama seperti menurunnya minat generasi muda terhadap profesi jurnalis, tantangan struktural di industri media, serta kebutuhan akan pembaruan kurikulum jurnalistik agar relevan dengan era digital.
Gen-Z Mulai Enggan Jadi Jurnalis
Sejumlah mahasiswa menyampaikan pandangan kritis terkait rendahnya minat Gen-Z untuk berkarier sebagai jurnalis. Fachrizal Syahdan, salah satu peserta FGD, menilai bahwa upah yang tidak sebanding dengan risiko kerja menjadi alasan utama. “Minat jurnalis rendah (terutama Gen Z) karena menilai jika upah tidak sebanding dengan risiko yang diterima, termasuk ancaman keselamatan,” ujarnya.
Senada, Fransisca Ni Putu Deanti menambahkan bahwa tekanan kerja dan citra profesi jurnalis juga berkontribusi terhadap penurunan minat. “Gen Z mayoritas kurang suka bekerja di bawah tekanan dan menganggap profesi jurnalis tidak lagi transparan,” ungkapnya. Pernyataan ini di setujui oleh mahasiswa lain yang menjadi peserta dengan pendapat jika profesi jurnalis saat ini dianggap tidak netral dan mengalami penurunan kualitas berita yang dibuat. Jurnalis saat ini dianggap menjadi profesi yang tidak transparan dan beberapa lebih mementingkan suatu golongan.
Gen-Z dan Pentingnya Aspek Fighting Spirit dalam Profesi Jurnalis
Menanggapi pandangan tersebut, praktisi jurnalis Bambang Muryanto, yang kini menjadi editor RRI versi Bahasa Inggris, menegaskan bahwa jurnalis memang tidak bisa sepenuhnya netral. “Jurnalis itu memihak pada kebenaran, memberi suara kepada yang tak bersuara. Tapi tetap harus independen,” tegasnya.
Bambang juga menyoroti karakteristik Gen-Z yang ia nilai kurang memiliki fighting spirit. “Mereka cepat puas, padahal potensi besar. Jadi jurnalis itu tidak bisa diukur dengan uang. Dari profesi ini saya banyak belajar dan membantu orang lain,” jelasnya.
Sementara itu, jurnalis Harian Jogja Bhekti Suryani menyampaikan bahwa jurnalisme adalah profesi yang menyenangkan dan justru memiliki banyak kebebasan. “Di media itu egaliter. Bisa berdebat, tidak ada hierarki yang menekan. Tekanan itu bisa dikelola. Asalkan sesuai kode etik, kita dilindungi oleh UU Pers,” terangnya.
Kurikulum Jurnalistik Butuh Adaptasi
Dari sisi akademisi, dosen Ilmu Komunikasi Awanis Akalili menyatakan pentingnya keterampilan membaca, menulis, dan analisis data dalam pendidikan jurnalistik saat ini. “Kurikulum harus merespon kebutuhan zaman, dan kami sedang mencoba memasukkan pendekatan data dan analitik agar mahasiswa bisa lebih adaptif,” jelasnya.
Hal senada disampaikan Ayu Usada Rengkaningtias, yang menegaskan bahwa kurikulum komunikasi UNY tengah diarahkan kembali pada pendekatan komunikasi sosial yang lebih berorientasi pada ilmu sosial
Selain itu, Nabila Ikrima menyampaikan jika prinsip jurnalisme tidak hanya ada di mata kuliah jurnalistik dan digunakan untuk jurnalis saja. Ia menegaskan jika prinsip jurnalisme dapat diaplikasikan pada banyak hal. “Aplikasinya tidak hanya ketika menjadi wartawan, karena di perusahaan bagian PR bisa juga,” jelasnya.
Rekomendasi dan Harapan
GD ini menghasilkan sejumlah rekomendasi, di antaranya, perlunya revisi kurikulum pendidikan jurnalistik agar lebih relevan dengan perkembangan industri media digital, pentingnya membangun kembali citra positif profesi jurnalis, serta mendorong mahasiswa untuk memperkuat literasi media dengan membaca, menonton konten jurnalistik yang bermutu, dan aktif menulis.
Melalui forum ini, Departemen Ilmu Komunikasi UNY berharap dapat membuka ruang dialog yang berkelanjutan antara akademisi dan praktisi media, serta memperkuat peran pendidikan tinggi dalam mencetak jurnalis masa depan yang profesional, kritis, dan berdampak bagi masyarakat.
Kontak Kami
Prodi S1 Ilmu Komunikasi
Tel : 0274-548202; ext. 450
Fax : 0274-548201
Email : ilkom@uny.ac.id
Website : https://ilkom.fisip.uny.ac.id
Copyright © 2025,